Minggu, 05 Mei 2013

Fotografer Seni dan Kategori Foto Seni

Fotografer Seni

Kassian Cephas orang jawa, lahir di Yogyakarta tanggal 15 Januari 1845, oleh banyak pihak diakui sebagai fotografer pertama Indonesia. Fotografer lainnya yang ada di Indonesia sebagian besar adalah keturunan Belanda.

Kassian Chepas yang tinggal dan mempunyai studio di Yogyakarta juga merupakan “pemotret resmi” Kraton Yogyakarta. Selain memotret kalangan elit, Kassian Chepas juga banyak memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya terutama yang ada disekitar Yogya.

Selain karya Chepas, foto-foto kuno yang dibuat pada akhir dan awal tahun 1900-an sayangnya banyak yang tidak diketahui siapa pemotretnya, banyak juga yang menampilkan sisi keindahan dengan objek panorama maupun human interest.

Selain itu Ansel Adam seorang “fine art photographer” Amerika terbesar dari abad ke-20. Ansel Adam tidak hanya dihargai dari karya foto-fotonya saja tapi juga dari dedikasinya dalam dunia pendidikan fotografi. Ansel bersama Fred Archer pada awal tahun 1940-an memperkenalkan suatu metode yang dikenal dengan nama Zone System (ZS).

Metode temuan Ansel ini secara umum adalah proses terencana dalam pembuatan foto mulai dari pra-visualisasi kemudian mengkalkulasi pencahayaan secara tepat sampai menproses film secara akurat. Hasil akhirnya adalah negatif foto yang prima sebagai pondasi utama membuat cetakan foto yang berkualitas juga maksimal. Metode ZS ini bila dipahami secara benar akan sangat membantu fotografer untuk menghasilkan foto yang semaksimal mungkin sehingga tidak lagi mengharapkan suatu keberuntungan semata dalam menentukan perhitungan pencahayaan. Segalanya telah diprediksi dan direncanakan dengan baik.

Kategori Foto Seni (fine art) 

Foto seni (fine art) adalah foto-foto piktorialisme, yakni jenis foto yang menonjolkan estetika yang meniru pencitraan gambar (picture) atau lukisan (painting). Jenis foto ini lebih menyerukan keindahan atau nilai artistik instriknya ketimbang kandungan makna foto itu sendiri. Elemen -elemen yang diekploitasi oleh fotografer foto seni ialah komposisi, penyinaran yang dramastis (chiroscuro) dan nada warna(Paul I. Zacharia)

Foto seni (fine art) bisa disimpulkan sebagai foto yang dalam proses yang berkesinambungan. Ada hal yang yang tidak bisa dipisahkan mulai dari konsep perencanaan, pembuatan, penerapan teknis secara akurat termasuk didalamnya pemrosesan film ataupun pembuatan file digital. Menyikapi kontroversi tentang digital, menarik mengutip pendapat seorang jurnalis kawakan bahwa hanya foto jurnalis yang tidak boleh dimanipulasi. Foto-foto jurnalistik harus menyampaikan suatu kebenaran apa adanya sedangkan dalam foto (fine art), proses digital hanya merupakan alat pembantu dalam berkarya.

Dalam mencipta suatu karya seni, konsep utama yang harus kita persiapkan adalah idealisme pribadi. Pengembangan konsep tersebut, lalu penyesuaian dengan sarana yang ada, pengaruh lingkungannya, kesulitan yang mungkin terjadi, dan tentu saja harus didukung dengan peralatan yang memadai sebagi faktor teknis penciptaan.

Sebagai ilustrasi untuk hal ini adalah foto-foto karya Do Qong Hai yang mirip dengan lukisan bergaya China. Karya-karya ini dibuat dengan melakukan sandwich dari beberapa negative yang dalam pembuatannya telah direncanakan dengan matang.

*sumber : http://fotografi.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%9Cfoto-seni%E2%80%9D-konsep-estetika-dalam-fotografi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar