Fotografer Seni
Kassian Cephas orang jawa, lahir di
Yogyakarta tanggal 15 Januari 1845, oleh banyak pihak diakui sebagai
fotografer pertama Indonesia. Fotografer lainnya yang ada di Indonesia
sebagian besar adalah keturunan Belanda.
Kassian Chepas yang tinggal dan
mempunyai studio di Yogyakarta juga merupakan “pemotret resmi” Kraton
Yogyakarta. Selain memotret kalangan elit, Kassian Chepas juga banyak
memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya terutama yang ada
disekitar Yogya.
Selain karya Chepas, foto-foto kuno yang
dibuat pada akhir dan awal tahun 1900-an sayangnya banyak yang tidak
diketahui siapa pemotretnya, banyak juga yang menampilkan sisi keindahan
dengan objek panorama maupun human interest.
Selain itu Ansel Adam seorang “fine art photographer”
Amerika terbesar dari abad ke-20. Ansel Adam tidak hanya dihargai dari
karya foto-fotonya saja tapi juga dari dedikasinya dalam dunia
pendidikan fotografi. Ansel bersama Fred Archer pada awal tahun 1940-an
memperkenalkan suatu metode yang dikenal dengan nama Zone System (ZS).
Metode temuan Ansel ini secara umum
adalah proses terencana dalam pembuatan foto mulai dari pra-visualisasi
kemudian mengkalkulasi pencahayaan secara tepat sampai menproses film
secara akurat. Hasil akhirnya adalah negatif foto yang prima sebagai
pondasi utama membuat cetakan foto yang berkualitas juga maksimal.
Metode ZS ini bila dipahami secara benar akan sangat membantu fotografer
untuk menghasilkan foto yang semaksimal mungkin sehingga tidak lagi
mengharapkan suatu keberuntungan semata dalam menentukan perhitungan
pencahayaan. Segalanya telah diprediksi dan direncanakan dengan baik.
Kategori Foto Seni (fine art)
Foto seni (fine art) adalah foto-foto piktorialisme, yakni jenis foto yang menonjolkan estetika yang meniru pencitraan gambar (picture) atau lukisan (painting).
Jenis foto ini lebih menyerukan keindahan atau nilai artistik
instriknya ketimbang kandungan makna foto itu sendiri. Elemen -elemen
yang diekploitasi oleh fotografer foto seni ialah komposisi, penyinaran
yang dramastis (chiroscuro) dan nada warna(Paul I. Zacharia)
Foto seni (fine art) bisa
disimpulkan sebagai foto yang dalam proses yang berkesinambungan. Ada
hal yang yang tidak bisa dipisahkan mulai dari konsep perencanaan,
pembuatan, penerapan teknis secara akurat termasuk didalamnya pemrosesan
film ataupun pembuatan file digital. Menyikapi kontroversi tentang
digital, menarik mengutip pendapat seorang jurnalis kawakan bahwa hanya
foto jurnalis yang tidak boleh dimanipulasi. Foto-foto jurnalistik harus
menyampaikan suatu kebenaran apa adanya sedangkan dalam foto (fine art), proses digital hanya merupakan alat pembantu dalam berkarya.
Dalam mencipta suatu karya seni, konsep
utama yang harus kita persiapkan adalah idealisme pribadi. Pengembangan
konsep tersebut, lalu penyesuaian dengan sarana yang ada, pengaruh
lingkungannya, kesulitan yang mungkin terjadi, dan tentu saja harus
didukung dengan peralatan yang memadai sebagi faktor teknis penciptaan.
Sebagai ilustrasi untuk hal ini adalah
foto-foto karya Do Qong Hai yang mirip dengan lukisan bergaya China.
Karya-karya ini dibuat dengan melakukan sandwich dari beberapa negative
yang dalam pembuatannya telah direncanakan dengan matang.
*sumber : http://fotografi.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%9Cfoto-seni%E2%80%9D-konsep-estetika-dalam-fotografi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar